Editorial: Oleh. Fren Lutrun.
OKSIBIL.id – Sahabat media, ini adalah kabar menarik untuk anda, tentang pemungutan suara ulang yang akan berlangsung di tanah Papua pada tanggal 6 Agustus 2025 nanti. Pemilihan ulang itu kepada Pasangan Calon Nomor Urut 1 Benhur Tomi Mano, dan Constant Karma dengan Pasangan Calon Nomor Urut 2 Matius Fakhiri, dan Aryoko Alberto Ferdinand Rumaropen.
Wacana yang berkembang dari kedua pasangan calon ini, muncul banyak anggapan di masyarakat tentang siapa sebenarnya yang memiliki kans politik yang sangat kuat dan merakyat untuk perolehan suara nanti. Saling klaim kemenangan datang dari kedua pasangan ini. Lantas bagaimana prediksi dan peluang-peluang terlihat?
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu pandangan kritis datang dari Pendeta Socrates Yoman dalam bukunya yang berjudul mengapa mereka ditolak dari tanah leluhurnya itu memberikan Gambaran atau signal bahwa Ketika Thomy Mano tidak memilih Felix wanggai sebagai wakilnya dengan alasan beda keyakinan memberi dampak politik besar terhadap kemenangan itu justru bisa diraih Mathius Fakhiri. Alasannya sederhana saja, bahwa seluruh pengikut dan mereka yang suka terhadap Velix Wanggai akan beralih dukungan ke Mathius Fakhiri dan wakilnya. Hal ini cukup memiliki alasan yang kuat sebab menurut Yoman Socrates dalam bukunya itu banyak sekali sentiment dilakukan terhadap saudara yang tidak seiman hanya karena perbedaan itu.
Isu ini cukup menarik perhatian apalagi buku yang ditulis Pendeta Socrates Yoman ini laris ditengah situasi politik berjalan menuju tanggal pelaksanaannya.

Hal lain yang menarik adalah Mathius Fakhiri dan wakilnya tidak merespon wacana ini, justru makin ditolak, malah posisinya makin kuat dan peluang kemenangan makin besar. Alasan lain adalah perbedaan pandangan politik dalam merebut kursi nomor 1 di Papua itu ternyata masih ada di level elit saja, dan bukan di Masyarakat. Artinya mereka yang tidak suka terhadap Mathius Fakhiri dan wakilnya itu hanya berada di level orang-orang besar dan elit partai dan tidak berdampak signifikan. Inilah salah satu alasannya mengapa Mathius Fakhiri dan wakilnya memiliki kans kemenangan pada pemungutan suara nanti.
Satu hal menarik adalah mengapa Velix Wanggai dibawa-bawah dalam ruang komunikasi politik di PSU Papua ini. Ternyata, beberapa prediksi bermunculan. Pertama; Ketika Benhur Tomi Mano menolak berpasangan dengan Velix, justru memberikan signal kemungkinan suara kaum Muslim Papua dan mereka yang suka terhadap Velix akan beralih dukungan ke Mathius Fakhiri. Kedua, ada keterlanjuran sentiment agama yang dibangun elit-elit dan tokoh agama Papua setelah Velix tidak ikut dalam kontestasi itu hal itu pula yang berdampak peluang kemenangan bisa diperoleh Mathius Fakhiri.

Untuk diketahui, Buku dari Pendeta Socrates Yoman yang berjudul mengapa mereka ditolak dari tanah leluhurnya itu saat ini dicari berbagai elemen Masyarakat baik Papua maupun di luar Papua sebab point-point penting tentang realitas politik Papua di kupas tuntas Pendeta Yoman dan itu menjadi sarana komunikasi politik yang begitu efektif dalam kemenangan Matius Fakhiri, dan Aryoko Alberto Ferdinand Rumaropen di PSU tanggal 6 Agustus nanti.
Tim Editorial